
Love is beuty of the soul
Pengaruh Cinta sangatlah luar biasa... Mencintai Seseorang bukanlah sebuah dosa.. Cintailah Cinta... Gapailah cintamu... Datang kepadaNya... katakan... Bahwa kau MencintaiNya...
janganlah kita sombong dengan kelebihan kita,tapi merendah lah dengan kekurangan kita
Kesedihan dan lara tiba tiba menggunjang jiwa
Kepergiannya membuat raga seolah tak bernyawa
Ada ada gerangan dengan jiwa..
Hidupnya hampa tanpa kekasih yang selalu dipuja..
Ego yang ada terkadang membuat raga meronta.
Mengkesampingkan perasaan jiwa yang tengah terluka
Membiarkan raga mendominasi dirinya
Tanpa memperdulikan kesedihan dan luka
Kini raga mulai meratap luka
Tak kuasa menahan gejolak yang ada didalam jiwa
Hasrat itu tak bisa ditolak raga
Menghilangkan ego yang selama ini menutupinya
Tuhan….salahkan perasaan ini
Perasaan jiwa akan cinta yang abadi
Cinta suci yang bersemayam didalam hati
Tak pernah tergantikan ato ternoda akan ego didalam diri
Tuhan….salahkah jiwa memohon cinta sejatinya
Mengembalikannya ke dalan dekapan hatinya
Memintanya tuk selalu ada
Menjadikan pendamping bagi jiwa dan raga
Mungkin raga telah ternoda akan dunia
Tp jiwa tak kan pernah menggantikan cinta sejatinya
Tetap berharap cinta itu akan bersamanya
Menghabiskan senja sampai akhir masa
For some one I love ^_^
oleh: Rian Hidayat El-Padary
Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. An-Nahl [16]: 125)
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa berjihad melawan mereka dengan tangannya maka dia adalah orang beriman. Barang siapa berjihad melawan mereka dengan lisannya maka dia adalah orang beriman. Dan barang siapa bertjihad melawan mereka dengan hatinya maka dia adalah orang yang beriman. Dan tidak ada lagi setelah itu keimanan walau seperti biji sawi pun.” (H.R. Muslim dari Ibnu Mas’ud)
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da’a yad’u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Dakwah, komunikasi, dan bahasa adalah trilogi yang satu sama lain saling terkait (interdependatif). Memang masing-masing merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri, tetapi dalam praktik serta aplikasinya ketiganya terpadu sehingga antara satu dan yang lain tidaklah mungkin terpisahkan. Banyak pesan dakwah yang tidak sampai kepada khalayak karena seorang da’i tidak mampu berkomunikasi secara efektif, tidak mampu menuangkan pesannya dalam bahasa yang benar dan baik. Dakwah yang disajikan kering, gersang dan hambar. Bahasanya tidak bergaya. Khalayaknya tidak memahami apa yang disampaikannya, minat dan interest khalayaknya hilang, dan komunikasi tidak terjalin. Dakwah gagal seperti batu jatuh ke lubuk, seperti air di daun keladi, hilang tak berbekas.
Dakwah adalah sebuah hal yang sangat urgen dalam kehidupan ini, sehingga membutuhkan strategi yang matang dan mantap agar terus sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam kehidupan kita, sering kita mendengar kata dakwah. Dakwah adalah sebuah ajaran yang mengajak kepada sesuatu secara umum baik itu kepada kejelekan ataupun kebaikan. Tetapi dalam kontek Islam dakwah adalah sebuah ajakan yang menyeruh kepada individu atau masyarakat kepada perubahan yang baik dan meninggalkan yang jelek, dalam artian kembali kepada undang-undang yang telah ditentukan oleh Allah SWT. yaitu Al-qur’an dan hadits.
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata “Ilmu” dan kata “Islam”, sehingga menjadi “Ilmu dakwah” dan Ilmu Islam” atau ad-dakwah al-Islamiyah.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
Dalam pelaksanaannya, dakwah membutuhkan usaha, kesungguhan untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, kegiatan dakwah adalah begian dari aktifitas jihad. Karena jihad tidak kita mesti dekatkan definisinya dengan kata perang.
Islam adalah agama yang mengajarkan tradisi perjuangan dan jihad fi sabilillah. Sejak Rasulullah SAW diutus pada umur 40 tahun sampai wafat pada usia 63 tahun, kehidupan beliau diliputi dengan perjuangan, dakwah, pemikiran, politik, dan militer. Dalam kurun waktu 13 tahun di kota Makkah, beliau berdakwah melakukan perubahan. Selama dalam periode itu beliau membatasi kegiatannya hanya pada pergolakan pemikiran dan perjuangan politik. Namun, setelah beliau mendapatkan baiat dari para pemimpin Suku Aus dan Khazraj yang berkuasa di kota Madinah, berhijrah ke kota itu, dan memimpin, serta memerintah kota itu, Rasulullah SAW memperluas medan dakwahnya kepada dakwah militer, yaitu jihad fi sabilillah.
Perang jihad dilakukan oleh Rasulullah SAW. setelah mendapatkan izin dari Allah SWT. ”Telah diizinkan bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya” (QS Al-Hajj: 39).
Wallahu A’lam.
Oleh Rian Hidayat El-Padary
Salah satu ciri utama yang membedakan manusia dengan binatang adalah ilmu. Ilmu yang dimiliki inilah yang memuliakan kita dari binatang. Manusia tanpa ilmu seperti binatang yang berjalan di muka bumi dan laksana bangkai yang berkeliaran.
Manusia juga dikatakan hewan yang berpikir (hayawanun nathiq), hal ini bisa kita fahami bahwa jika manusia tidak berpikir, tidak memanfatkan pikiran atau akal yang yang sudah dikaruniakan Allah SWT, maka batas yang membedakan manusia dan hewan lenyaplah sudah.
Tentang keutamaan ilmu ini yang sungguh besar manfaatnya. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu!” Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58]: 11).
Dalam menafsirkan ayat ini, ada yang berkata, “Allah akan meninggikan orang mukmin yang berilmu atas orang mukmin yang tidak berilmu. Dengan ditinggikannya beberapa derajat, hal itu menunjukan keutamaan, karena yang dimaksud dengannya adalah banyaknya pahala, karena ilmu yang dimilikinya, derajat seorang alim menjadi tinggi. Pengangkatan derajat itu mencakup maknawi di dunia dengan tingginya kedudukan dan nama baik, serta indrawi di akhirat dengan tingginya kedudukan di surga.”
Allah SWT berfirman:
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al ‘Imran [03]: 18).
Rasulullah SAW. bersabda: “Sesungguhnya para malaikat akan meletakan sayap-sayapnya sebagai tanda keridhaan bagi penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu akan dimohonkan ampunan baginya oleh orang-orang yang tinggal di langit dan di bumi, serta ikan-ikan yang berada di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama itu merupakan pewaris para nabi. Dan para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Oleh karena itu, barang siapa yang mengambilnya berarti dia telah mengambil bagian yang sempurna.” (HR Abu Dawud).
Jika seorang penuntut ilmu, baik ilmu syariat agama, maupun salah satu ilmu duniawi yang diperbolehkan, bersungguh-sungguh ingin meraih kesuksesan dan mendapatkan manfaat dari ilmu yang dipelajarinya, baik manfaat duniawi maupun ukhwari, maka dia harus berpegang teguh dan menjalankan syarat-syarat yang telah ditentukan dan etika-etika yang ditetapkan untuk seorang pembelajar, sehingga apa yang dicita-citakannya terwujud dan dia mendapatkan pahala atas hal tersebut, sebagai karunia dan nikmat dari Allah SWT selain mendapatkan manfaat duniawi (harta) dari ilmu yang dimilikinya.
Wallahu A’lam
Oleh Rian Hidayat El-Padary
Ajaran Islam sungguh paripurna, mencakup segala aspek kehidupan. Semua diatur dengan indahnya oleh Islam. Begitu juga dalam menuntut ilmu. Dalam ajaran Islam, Allah telah memerintahkan umat-Nya untuk belajar dan menuntut ilmu, bahkan Rasulullah SAW. mewajibkan menuntut ilmu yang tertuang dalam sabdanya:
“Menuntut ilmu adalah fardhu atas tiap-tiap orang Islam, dan sesungguhnya orang yang menuntut ilmu itu meminta ampun baginya tiap-tiap sesuatu, sehingga ikan-ikan dalam lautan (pun meminta ampun untuknya).” (HR Ibn Abdulbar)
Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban dari setiap insan yang beriman kepada Allah. Tanpa adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Besar pahalanya mencari ilmu pengetahuan, sehingga ikan-ikan di lautan turut mendoakannya, memintakan ampun kepada Allah untuknya, dan seluruh isi dunia turut memohonkan ampunan untuknya.
Di dalam Al-Qur’an, akan kita temukan berbagai ayat yang menyatakan keharusan menuntut ilmu.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu-lah yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al ‘Alaq [96]: 1-5)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan keagungan rahmat-Nya, yakni mengajarkan kepada mereka apa yang tidak mereka ketahui. Inilah nikmat Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya.
Sebagian ulama ada yang menafsirkan kata ‘bacalah’. Tidak hanya membaca buku atau teks-teks tertulis, tapi juga membaca keadaan dan lingkungan.
Kenalilah alam sekitar kita, dunia ini terus berkembang dan tidak tertambat di masa lalu. Maka kita harus mempersiapkan diri agar tidak terlindas zaman. Bacalah lingkungan, bahwa lingkungan sedang mengalami kemajuan. Apakah kita tidak berpikir bagaimana caranya agar tidak tertinggal kemajuan zaman?
Ilmu laksana lentera dalam kegelapan, ia akan mengantarkan siapapun yang memegang lentera itu, ia sangat besar manfaatnya namun sangat ringan dibawa kemanapun kita pergi dan tidak akan menyesatkan pemiliknya.
Ilmu merupakan makanan bagi ruh, sebagaimana kita makan untuk tubuh kita. Jika ruh kita tidak diberi makanan, maka bagaikan tubuh yang tidak diasupi makanan. Dan orang yang berilmu laksana mutiara yang bersinar terang. Walaupun ia diletakan di lumpur yang kotor, mutiara tetaplah mutiara, orang yang berilmu ketika bergaul dengan orang-orang yang kurang berilmu akan semakin kelihatan sisi keilmuannya. Insan berilmu, tetaplah insan berilmu, ia akan berguna dimanapun ia berpijak.
Masih banyak keutamaan dan keuntungan orang yang berilmu yang digambarkan Rasulullah SAW. Seperti dalam sabdanya sebagai berikut:
Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Siapa yang berjalan di suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR Muslim)
Dari hadits ini tampak jelas bahwa tiket surga akan mudah didapat oleh seorang pembelajar (ahli ilmu). Karena sang pembelajar akan lebih mudah mengenal Tuhannya. Oleh karena itu, marilah kita menjadi ahli ilmu yang berniat ikhlas untuk menggapai keridhaan-Nya yang akan berbuah surga. Dan marilah kita menyebarkan paradigma bahwa dengan menjadi pembelajar, akan mengantarkan kita pada surga-Nya.
Wallahu A’lam.
Keajaiban Tahajud
Oleh Rian Hidayat El-Padary
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS Al Israa’ [17]: 79).
Sepertiga malam adalah waktu khusus bagi orang-orang yang ingin ‘bermesraan’ dengan Allah SWT. Tahajud adalah ritualnya. Tahajud adalah media curhat di hadapan-Nya. Dan hanya orang-orang tertentu yang dapat merasakan manfaat dahsyatnya.
Shalat tahajud adalah ibadah mustahab (sangat dianjurkan) yang paling tinggi kedudukannya, yang memiliki keutamaan khusus sebagaimana al-Qur’an dan hadis-hadis telah membuat banyak penekanan dan anjuran untuk melaksanakannya.
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (QS Adz Dzariyat [51]: 17-18).
Kehebatan tahajud yang mampu memberikan bekas bagi para pelakunya sungguh sangat banyak, diantaranya tahajud mampu memberikan kekuatan batin, memberikan ketegaran, mendatangkan inspirasi segar dan inovatif dan sebagainya.
Sungguh dahsyat manfaat tahajud yang dikhususkan waktunya oleh Allah SWT ini, yakni pada malam hari. Jika kita bedah tentang waktu ini, tentu saja malam hari adalah waktu istirahat sebagian besar penduduk dunia. Dan bagi siapa yang mengisi waktu malam ini dengan ibadah ziyadah (tambahan) dalam rangka taqarrub ilallah, mendekat dan mengharap ridha Allah SWT, sungguh merupakan pahala yang tak ternilai besarnya.
Ketika menjelaskan tentang tahajud, diterangkan dalam kitab Bihar Al Anwar karangan Allamah Majlisi bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “shalat tahajud adalah sarana (meraih) keridhaan Tuhan, kecintaan para malaikat, sunah para nabi, cahaya pengetahuan, pokok keimanan, istirahat untuk subuh, kebencian para setan, senjata untuk (melawan) para musuh, (sarana) terkabulnya doa, (sarana) diterimanya amal, keberkatan bagi rezeki, pemberi syafaat diantara yang melaksanakannya dan diantara malaikat maut, cahaya di kuburan (pelaksananya), ranjang dari bawah sisi (pelaksananya), menjadi jawaban bagi Munkar dan Nakir, teman dan penjenguk di kubur (pelaksananya) hingga hari kiamat, ketika di hari kiamat, shalat tahajud itu akan menjadi pelindung diatasnya (pelaksananya) mahkota di kepalanya (busana bagi tubuhnya, cahaya yang menyebar di depannya, penghalang diantaranya dan neraka, hujah (dalil) bagi mukmin di hadapan Allah SWT, pemberat bagi timbangan, izin untuk melewati Shirat al-Mustaqim, kunci surga. Karena shalat adalah takbir, tahmid, tasbih, taqdis (menyucikan), ta’zhim (mengagungkan), bacaan dan doa, maka amal yang paling utama daripada semuanya adalah shalat pada waktu terbaiknya.
Demikianlah Allah telah memberikan karunia besar kepada hamba-Nya. Semoga kita bisa mengamalkannya sehingga termasuk orang-orang yang beruntung nantinya.
Wallahu A’lam.
Ada satu peribahasa pendek, sederhana, tetapi dalam artinya, yang berbunyi sebagai berikut: “Tak Kenal Maka Tak Sayang” Sesuai dengan peribahasa diatas, ada satu perintah Allah yang penting yang hampir tak dikenal atau dianggap enteng oleh umat Islam, yaitu keharusan wanita memakai kerudung kepala.
Keharusan kaum wanita memakai kerudung kepala tertera dalam surat An Nur ayat 31 yang cukup panjang, yang penulis kutip satu baris saja, yang berbunyi sebagai berikut. : “Katakanlah kepada wanita yang beriman… … … . . Dan hendaklah mereka menutupkan kerudung kepalanya sampai kedadanya”… … . .
Dan seperti yang tercantum dalam surat Al Ahzab ayat 59 yang artinya sebagai berikut. : “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri engkau, anak-anak perempuan engkau dan isteri-isteri orang mu’min, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya mereka dapat dikenal orang, maka tentulah mereka tidak diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah pengampun lagi pengasih”.
Perintah Allah diatas adalah jelas dan tegas yang wajib hukumnya bagi kaum wanita sebagaimana dinyatakan Allah pada pembukaan surat An Nur yaitu : “Inilah satu surah yang Kami turunkan kepada rasul dan Kami wajibkan menjalankan hukum-hukum syariat yang tersebut didalamnya. Dan Kami turunkan pula didalamnya keterangan-keterangan yang jelas, semoga kamu dapat mengingatnya”.
Dari bunyi ayat diatas jelaslah wanita yang tidak memakai kerudung telah melakukan dosa yang besar karena ingkar kepada hukum syariat Islam yang diwajibkan oleh Allah.
Perintah Allah diatas ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad S.A.W. dalam hadist beliau yang artinya : “Wahai Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah cukup umur, tidak boleh dilihat seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini, sambil rasulullah menunjuk muka dan kedua tapak tangannya”.
Sekarang kalau kita keliling diseluruh Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei, sedikit sekali kaum wanita Islam yang memakai kerudung kepala, umumnya hanya anak-anak gadis pesantren. Jumlah kaum wanita yang memakai kerudung kepala bisa dihitung dengan jari, tidak ada artinya dari jumlah penduduk Islam yang lebih kurang 180 juta.
Kalau begitu gambarannya, banyak sekali kaum wanita yang masuk neraka, cocok sekali dengan bunyi hadits dibawah ini, yang artinya sebagai berikut. : “Saya berdiri dimuka pintu soranga, tiba-tiba umumnya yang masuk ke soranga orang-orang miskin, sedangkan orang yang kaya-kaya masih tertahan, hanya saja bahagian mereka telah diperintahkan masuk neraka, dan aku berdiri di pintu neraka maka kebanyakan yang masuk neraka wanita.
Banyak kaum wanita yang masuk neraka, semata-mata karena didalam hidupnya tak mau memakai kerudung kepala atau Jilbab, didalam neraka akan mendapat siksaan yang berat sekali sebagai mana diceritakan Nabi Muhammad dalam hadits beliau yang artinya sebagai berikut. ; “Wanita yang akan digantung dengan rambutnya, sampai mendidih otak dikepalanya didalam neraka, ialah wanita-wanita yang memperlihatkan rambutnya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya” Hadits diatas adalah bahagian akhir dari hadits nabi Muhammad yang cukup panjang, yang menceritakan berbagai macam siksa neraka yang diperlihatkan Allah waktu beliau pergi mikraj. Waktu beliau menceritakan nasib kaum wanita yang berat siksanya didalam neraka karena tak mau memakai kerudung kepala atau jilbab didalam hidupnya, beliau meneteskan air mata.
Begitulah Nabi Muhammad S.A.W. menangisi nasib kaum wanita dari ummatnya nanti di akherat, tetapi sekarang kalau kaum wanita Islam disuruh memakai kerudung kepala, banyak alasannya ada yang mengatakan fanatika agama, sudah kuno tidak cocok dengan zaman, panas dan lain sebagainya. Sikap kaum wanita di zaman sekarang sungguh bertolak belakang dengan sikap kaum wanita di zaman dahulu diwaktu ayat kerudung kepala itu turun, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah, istri Nabi Muhammad S.A.W. berikut ini : “telah berkata Aisyah : Mudah-mudahan Allah memberi rahmat atas perempuan-perempuan Muhajirat yang dahulu. Diwaktu Allah menurunkan ayat kerudung itu, mereka koyak kain-kain berlukis mereka yang belum dijahit, lalu mreka jadikan kerudung”.
Sikap wanita Islam di Medinah pada waktu turunnya ayat kerudung itu, betul-betul cocok dengan seorang pribadi beriman, sebagai yang digambarkan Allah didalam Al Qur’an, yaitu jika mereka mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, mereka lalu berkata :”Kami mendengar dan kami patuh”.
Tetapi sekarang sikap sebagian wanita Islam, jika dibacakan ayat mengenai keharusan memamakai Jilbab, mereka berkata :”Kami mendengar tetapi kami ingkar. ” Kalau begitu sikap kaum wanita Islam terhadap ayat Jilbab ini, betul tidak cocok dengan pengakuannya kepada Allah didalam shalat yang berbunyi sebagai berikut:
“La syarikallahu wabidzalika ummirtu wa anna minal muslimin. ” Yang artinya “Tiada syarikat bagi Engkau dan aku mengaku seorang muslimah”
Seorang wanita yang mengaku dirinya seorang muslimah, yaitu tunduk dan patuh kepada seluruh perintah Allah, harus berpakaian muslimah didalam hidupnya, yaitu terdiri dari jilbab dan pakaian yang menutup seluruh anggota tubuhnya, berlengan panjang sampai pergelangan tangannya dan memakai rok yang menutup sampai mata kakinya. Kalau mereka tidak berpakaian seperti diatas, mereka bukan disebut wanita muslimah. Jadi pengakuannya didalam shalat yang berbunyi :”Aku mengaku seorang muslimah” adalah kosong, dusta kepada Allah.
Seseorang yang bersumpah palsu saja dimuka pengadilan adalah berat hukumannya, apalagi seseorang yang berjanji palsu dihadapan Allah, tentu berat hukumannya didalam neraka, yaitu sampai digantung dengan rambutnya hingga mendidih otaknya.
Kaum wanita menyangka bahwa tidak memakai jilbab adalah dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini adalah cara berpikir yang salah harus diluruskan. Kaum wanita yang tak memakai jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai bunyi surat Al Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya :”… . . Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan diakhirat dia termasuk orang-orang yang merugi