KEUTAMAAN DAKWAH DAN JIHAD
oleh: Rian Hidayat El-Padary
Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. An-Nahl [16]: 125)
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa berjihad melawan mereka dengan tangannya maka dia adalah orang beriman. Barang siapa berjihad melawan mereka dengan lisannya maka dia adalah orang beriman. Dan barang siapa bertjihad melawan mereka dengan hatinya maka dia adalah orang yang beriman. Dan tidak ada lagi setelah itu keimanan walau seperti biji sawi pun.” (H.R. Muslim dari Ibnu Mas’ud)
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da’a yad’u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Dakwah, komunikasi, dan bahasa adalah trilogi yang satu sama lain saling terkait (interdependatif). Memang masing-masing merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri, tetapi dalam praktik serta aplikasinya ketiganya terpadu sehingga antara satu dan yang lain tidaklah mungkin terpisahkan. Banyak pesan dakwah yang tidak sampai kepada khalayak karena seorang da’i tidak mampu berkomunikasi secara efektif, tidak mampu menuangkan pesannya dalam bahasa yang benar dan baik. Dakwah yang disajikan kering, gersang dan hambar. Bahasanya tidak bergaya. Khalayaknya tidak memahami apa yang disampaikannya, minat dan interest khalayaknya hilang, dan komunikasi tidak terjalin. Dakwah gagal seperti batu jatuh ke lubuk, seperti air di daun keladi, hilang tak berbekas.
Dakwah adalah sebuah hal yang sangat urgen dalam kehidupan ini, sehingga membutuhkan strategi yang matang dan mantap agar terus sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam kehidupan kita, sering kita mendengar kata dakwah. Dakwah adalah sebuah ajaran yang mengajak kepada sesuatu secara umum baik itu kepada kejelekan ataupun kebaikan. Tetapi dalam kontek Islam dakwah adalah sebuah ajakan yang menyeruh kepada individu atau masyarakat kepada perubahan yang baik dan meninggalkan yang jelek, dalam artian kembali kepada undang-undang yang telah ditentukan oleh Allah SWT. yaitu Al-qur’an dan hadits.
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata “Ilmu” dan kata “Islam”, sehingga menjadi “Ilmu dakwah” dan Ilmu Islam” atau ad-dakwah al-Islamiyah.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
Dalam pelaksanaannya, dakwah membutuhkan usaha, kesungguhan untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, kegiatan dakwah adalah begian dari aktifitas jihad. Karena jihad tidak kita mesti dekatkan definisinya dengan kata perang.
Islam adalah agama yang mengajarkan tradisi perjuangan dan jihad fi sabilillah. Sejak Rasulullah SAW diutus pada umur 40 tahun sampai wafat pada usia 63 tahun, kehidupan beliau diliputi dengan perjuangan, dakwah, pemikiran, politik, dan militer. Dalam kurun waktu 13 tahun di kota Makkah, beliau berdakwah melakukan perubahan. Selama dalam periode itu beliau membatasi kegiatannya hanya pada pergolakan pemikiran dan perjuangan politik. Namun, setelah beliau mendapatkan baiat dari para pemimpin Suku Aus dan Khazraj yang berkuasa di kota Madinah, berhijrah ke kota itu, dan memimpin, serta memerintah kota itu, Rasulullah SAW memperluas medan dakwahnya kepada dakwah militer, yaitu jihad fi sabilillah.
Perang jihad dilakukan oleh Rasulullah SAW. setelah mendapatkan izin dari Allah SWT. ”Telah diizinkan bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya” (QS Al-Hajj: 39).
Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar